5.07.2011

thermochemical


Bensin Alternatif Dari Tongkol Jagung

Banyak bahan bakar alternatif dari bumi Indonesia untuk menggantikan bahan bakar minyak (BBM). Tidak semuanya butuh upaya baru. Tinggal memanfaatkan limbah yang selama ini ada, diolah menjadi biofuel yang bahkan tak butuh modifikasi mesin untuk menggunakannya. Salah satunya adalah biofuel berbahan bakar tongkol jagung. Usaha ini dipilih karena bahan baku ini sangatlah murah dan selama ini kebanyakan tidak berguna.

Dalam penelitian , tongkol jagung ternyata memiliki biomassa yang cocok untuk proses gasifikasi. Lagi pula, pemrosesan tongkol jagung juga mendapatkan hasil samping selain biobutanol yang juga bernilai ekonomis. Hasil samping itu adalah metanol dengan kemurnian tinggi dan campuran etanol-propanol.

Biobutanol ini bersifat tidak korosif terhadap logam apa lagi mesin kendaraan. Kandungan energi biobutanol juga lebih tinggi daripada bioetanol,yaitu 110 kBtu dibandingkan 78 kBtu. Biobutanol juga dapat langsung menggantikan bensin tanpa perlu modifikasi mesin sama sekali.

Teknologi yang dipakai untuk mengelola tongkol jagung menjadi biobutanol adalah thermochemical. Teknik ini bukanlah teknik fermentasi seperti kebanyakan membuat biofuel. Dengan thermochemical syngas dikonversi menjadi alkohol melalui reaksi Fischer-Trpsch (teknologi baru proses fermentasi).

Secara sederhana proses pembuatan biobutanol dari tongkol jagung ini dimulai dengan penurunan kadar air menjadi sekitar 5 %. Setelah kering, tongkol jagung  dipotong-potong sampai ukuran tertentu menggunakan cone crusher . Hasil potongan tersebut kemudian diolah menjadi gas menggunakan gasifier.

Syngas hasil gasifikasi berupa gas sintetis yang mengandung karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H) dibersihkan dengan bantuan cyclone, tar reformer, water scrubber, serta MEA absorber.

Cyclone berfungsi memisahkan syngas  dengan pasir olivine dan char dari gasifier. Tar reformer berupa reaktor berkatalis digunakan untuk mengubah tar menjadi syngas. Water scrubber dan MEA absorber berfungsi menyingkirkan zat-zat yang bersifat asam dan dapat merusak peralatan.

Syngas yang dibersihkan akan menjadi umpan untuk reaktor sintesis alkohol. Jenis reaktor yang digunakan adalah fixsed bed reaktor dengan katalis Cu (Tembaga), Mn (Mangan), Ni (Nikel), atau ZrO2 (Zirkonia). Produk dari reaktor ini akan berupa campuran alkohol, sisa syngas yang tidak bereaksi, dan alkana lain. Alkohol dari tahapan reaktor diatas akan dipisahkan dalam bentuk cair dengan bantuan flash drum.

Proses distalasi di flash drum menggunakan dua kolom yang akan menghasilkan metanol dan biobutanol dengan kemurnian tinggi pada kolom pertama. Kolom kedua distalasi akan menghasilkan campuran etanol, propanol, dan air.
Hasil yang didapat dari proses ini adalah :
·         Biobutanol sebanyak 99,99 % mol (mol adalah satuan standar internasional untuk satuan zat), setara 16,5 ton per jam.
·         Metanol sebanyak 96,85 % mol, setara dengan 32,28 ton per jam.
·         Etanol (48,66 % mol).
·         Propanol (24,55 % mol), dan
·         Air (20,5 % mol, setara 7,55 ton per jam).

Disini nilai ekonomis untuk pemprosesan tongkol jagung dinilai cukup tinggi, karena hasil samping yang didapatpun punya nilai jual. Metanol dapat dihaArgai Rp 2.000 per Kg, sementara untuk biobutanol sebagai hasil utama akan dihargai Rp 8.800 per Kg.

Limbah produksi dari biobutanol akan berupa limbah padat, cair, dan gas. Limbah padat berupa pasir olivine, partikulat, dan char. Limbah padat tersebut akan dipakai sebagai landfill, sementara abu sisa pembakaran akan digunakan untuk bahan pembuatan batako, sedang katalis jenuh akan diregenerasi lagi.

Limbah cair berupa senyawa organik dan sulfur akan diolah di WWT sedangkan limbah gas berupa CO2 (Karbon dioksida) dari sistem flare akan dibuang. Limbah gas berupa NH3 (gas amonia) dan H2S (Hidrogen sulfide) diarahkan kesistem scrubber dan absorber.

Sumber : REPUBLIKA Jum’at 6 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar